Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika bersama Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP) Sosialisasi Implementasi Terapi Baru Primakuin Di Empat Puskesmas Kota Timika (01/11/2024).
Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Yakobus Kareth yang mewakili Pj Bupati Kabupaten Mimika Valentinus Sudarjanto Sumito mengatakan malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Kabupaten Mimika, untuk mengtasi tantangan ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika terus berupaya memperkuat program malaria di Kabupaten Mimika, terutama penanggulangan malaria tersiana yang dapat menyebabkan kekambuhan.
Sebanyak 40% dari kasus malaria di Kabupaten Mimika adalah disebabkan oleh kekambuhan infeksi plasmodium vivax yang selain di obati dengan obat anti malaria, juga harus di obati dengan obat anti kekambuhan, yaitu primakuin (obat coklat). primakuin ini harus di minum selama 14 hari.
Lanjutnya, bukti penelitian di Kabupaten Mimika bahwa, masalah kepatuhan ini dapat di atasi dengan pemberian primakuin dosis optimal dengan waktu yang lebih singkat yaitu 7 hari. Pemberian terapi baru ini harus di dahului dengan pemeriksaan kadar G6PD dalam darah.
Mengingat program terapi baru primakuin, yang adalah program baru, maka penerapannya akan dilaksanakan di 4 Puksesmas, yaitu Puskesmas Timika, Pasar Sentral, Wania dan Bhintuka mulai bulan november ini, sampai akhir tahun 2025. Untuk mendapatkan gambaran penerapan program baru ini, sebagai bagian dari pelayanan puskesmas sehari-hari.
Malaria dapat mempengaruhi banyak aspek yang bisa memberi dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kualitas hidup di kemudian hari. Terutama pada anak, dapat menyebabkan anemia apalagi jika malaria berulang berdampak resiko terjadinya stunting. Ucapnya.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan implementasi terapi baru primakuin ini harus dilakukan bersama-sama, antara perangkat daerah, penanggungjawab layanan, dengan sektor/lembaga non pemerintah dalam upaya eliminasi malaria.
“Untuk itu, saya berharap, ucap Yakobus. Melalui sosialisasi ini, output dari program malaria dalam upaya penurunan dan pencegahan malaria dapat melahirkan komitmen bersama khususnya di distrik, kelurahan, dan kampung yang menjadi fokus dari empat puskesmas”.
Kepada semua pihak diharapkan untuk bekerjasama dalam mendukung terwujudnya masyarakat bebas malaria, demi tercapainya eliminasi malaria di kabupaten mimika tahun 2026.
Sekali lagi kami sampaikan bahwa penurunan malaria memerlukan komitmen bersama pemangku kepentingan, kata Yakobus Kareth. Yakni Organisasi Pernagkat Daerah (OPD) terkait yang terpadu, baik di dalam Puskesmas dan di luar puskesmas. Di komunitas, maka para Kepala Distrik, Kepala Kelurahan, Kepala Kampung. Saya minta untuk menjalin komunikasi dengan para kader di wilayah kerja masing-masing dengan menggerakan peran serta masyarakat.
Kiranya sinergitas yang kita lakukan bersama, menjadikan mimika dapat menurunkan angka kekambuhan yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia, serta mendukung suksesnya misi Pemerintah Kabupaten Mimika, serta mencermati dengan semangat yang terkandung dalam moto daerah “Eme Neme Yauware” (Bersatu, Bersaudara Kita Membangun).